Ketika pagi
menjelang, Putra melihat tanggal yang menunjukkan 15 Agustus 2012. Dia hendak
melihat bendera yang ia punya bersama kakeknya yang sudah tua. Namun apa daya
bendera itu sudah kusam. Sang kakek hanya bisa menunduk lesu. Putra bertekad
untuk membeli bendera baru untuk kakeknya. Putra pun melangkah menuju sekolah
sambil memikirkan bendera. Ia sangat tidak tega melihat kakeknya yang sudah
sangat tua. Apalagi sang kakek seorang veteran. Meskipun Putra dari keluarga
yang kurang mampu dan nasib kakeknya yang kurang mendapat perhatian dari
pemerintah, namun tekad Putra sangat kuat untuk sang merah putih. Setelah
pulang sekolah, Putra langsung pergi kepasar untuk bekerja menjadi kuli pasar
hingga sore hari. Malamnya ia tidak dapat belajar ataupun bermain layaknya anak
kelas 6 SD yang lainnya. Ia lebih memilih untuk mengamen.
Ketika
itu sudah tanggal 16 Agustus 2012. Uang yang Putra kumpulkan untuk membeli
sebuah bendera telah cukup. Lalu setelah ia bekerja di pasar, ia bergegas
membeli bendera dengan uang hasil dari keringatnya sendiri. Setelah ia
mendapatkan bendera, ia sangat senang dan langsung bergegas untuk pulang. Namun
ditengah perjalanan pulang, ia terserempet oleh mobil. Bendera yang ia beli
menjadi rusak dan berlubang. Putra sangat sedih dan akhirnya menangis sambil
memeluk bendera itu. Sang penabrak pun langsung menghampiri Putra dan segera
membawa Putra menuju rumah sakit terdekat. Di sela-sela itu, ternyata sang penabrak
ialah seorang Komandan TNI. Ia menanyakan mengapa anak SD itu berlari-lari
dengan memegang bendera yang masih baru namun kini telah rusak.
Setelah
Komandan TNI itu mendengarkan kisah Putra, hati Komandan TNI itu pun tertegun
dan merasakan getaran.
“Sabar ya Putra, nanti bapak akan
memberi Putra hadiah”. Kata Komandan TNI itu sambil meneteskan air mata.
Ia tak menyangka bahwa masih ada
anak yang mau berjuang demi kemerdekaan, dan ia juga tak menyangka bahwa malang
sekali nasib sang veteran. Ketika jam menunjukkan pukul 19.00, Putra diizinkan
untuk pulang. Komandan TNI itu menggendong Putra yang tak mampu berjalan dengan
sempurna. Ia mengantarkan Putra sampai
kerumahnya dan menceritakan apa yang telah terjadi kepada kakek Putra. Sang
kakek pun meneteskan air mata melihat cucunya yang berjuang keras. Komandan TNI
itu hanya menunduk. Ia sampai lupa untuk memperkenalkan siapa dirinya. Hari
sudah petang dan Komandan TNI itu sudah pulang.
Ketika
pagi menjelang, dan tanggal sudah menunjukkan 17 Agustus 2012. Putra hanya iri
melihat bendera yang berkibar, namun tidak untuk rumahnya. Ketika Putra akan
masuk kedalam rumah, tiba-tiba ada rombongan mobil tentara. Putra pun sangat
terkejut dan segera memanggil kakeknya. Kakeknya pun keluar dengan hati yang
bingung dan penuh dengan tanda tanya.
“Ada apa ini? Mengapa banyak
mobil tentara disini wahai cucuku?”. Tanya sang kakek kepada Putra.
“Aku tidak tau kek”. Jawab Putra.
Lalu semua prajurit tentara itu
turun bersama Komandan TNI yang tak lain adalah orang yang telah mengantarkan
Putra kemarin malam. Putra dan sang kakek tertegun melihat orang yang
mengantarkan putra ialah seorang Komandan TNI.
“Maaf kek, saya lupa bahwa saya
belum memperkenalkan diri kemarin malam. Nama saya Supriyadi, saya Komandan di
TNI ini”. Ucap Komandan itu sambil memberi salam.
Sang kakek dan Putra pun
terkejut. Lalu anak buah Komandan TNI itu memberkan bendera merah putih kepada
Putra. Putra dan kakeknya terharu sambil menerima bendera itu.
“Kibarkan bendera itu wahai jiwa
muda, lanjutkanlah cita-cita pahlawan. Lalu bergegaslah ke mobil bersama kakek
dengan pakaian terbaikmu. Kita akan pergi upacara bendera bersama para pemuda
yang berjiwa pahlawan seperti Putra, bersama veteran seperti kakek, dan bersama
tentara pembela Bangsa dan Negara”. Ucap Pak Supriyadi.
Putra dan kakeknya pun bahagia
mendengar ucapan itu.
Dalam hati Putra berkata, “Apakah
ini kemerdekaan setelah aku berjuang mati-matian?’.
Indah sekali rasanya merdeka.
Sungguh hari kemerdekaan yang penuh makna.